Selasa, 14 Desember 2010

Alkitab

Sumber: Tulisan ini dimuat di harian Sinar Indonesia Baru, 10 Juli 2005. Kemudian diedit untuk buku Gereja dan Politik.

Akhir-akhir ini, banyak sekali beredar buku yang isinya menantang Alkitab sebagai firman Allah. Dalam buku-buku itu disebut: Yesus bukan Tuhan; Yesus punya hubungan intim dengan Maria Magdalena; mujizat itu tidak nyata; Yesus mati dan tidak bangkit lagi; kuburan Yesus sudah ditemukan; Alkitab hanyalah karya manusia biasa. Coba lihat di toko-toko buku, antara lain, Injil Judas, Dinasti Yesus, Misquoting Jesus, Makam Keluarga Yesus, Jesus for the Non-Religious, Da Vinci Code, The Jesus Paper, When Jesus Become God …. Saya tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi kalau buku-buku sejenis juga “mengoreksi” kitab suci agama-agama lain.
Dan gawatnya, seorang pendeta justru pernah membantah bahwa Alkitab sebagai firman Allah. Penginjil besar, Billy Graham dalam otobiografinya, Just as I am menulis, pada awal pelayanan dia sering bergumul tentang Alkitab. Ia punya sahabat, pendeta Chuck Templeton. Mereka pernah melakukan penginjilan ke Eropa. Kemudian, sahabatnya itu kuliah di Princeton Theological Seminary. Baru setahun belajar, pendeta Templeton mulai meragukan otoritas Alkitab. Katanya, “Billy, kau ketinggalan lima tahun. Orang tidak lagi menerima Alkitab sebagai diilhami oleh Tuhan seperti kau percayai.” Pada saat yang sama, Billy Graham pun bergumul dengan tulisan-tulisan Karl Barth dan Reinhold Neibuhr, khususnya tentang pengilhaman dan otoritas Alkitab yang berbeda dengan pemahamannya.
Voltaire (1694-1778)
Ya, kalau seorang pendeta berilmu teologia “kelas tinggi” saja mengatakan bahwa Alkitab bukan firman Tuhan, bagaimana dengan kita sebagai orang awam? Apa pendapat kita tentang Alkitab? Alkitab adalah firman Tuhan atau tidak? Adapun Billy Graham dalam menghadapi “ajaran-ajaran asing” itu bersujud dihadapan Allah: “Bapa, aku menerima Alkitab sebagai firman-Mu oleh iman. Dan aku memberikan imanku melampaui pertanyaan dan keraguan intelektualku, dan aku memercayainya sebagai firman yang Kau ilhamkan”.
Jauh sebelum buku-buku penantang Alkitab itu beredar, filsuf dan sastrawan terkenal dari Prancis, Voltaire (1694-1778) sesumbar menyatakan, tulisan-tulisannya akan menggantikan Alkitab, dan dalam seratus tahun Alkitab akan dilupakan. Namun, apa yang terjadi atas “nubuat” Voltaire? Hanya dalam 25 tahun kemudian, badan penerbit yang menyebarkan karya-karya Voltaire malah menjadi pusat Lembaga Alkitab Jenewa, dan 90 jilid buku yang ditulis untuk menantang Alkitab dijual seharga beberapa sen, dan pada saat hampir bersamaan, satu salinan tua dari Perjanjian Lama terjual seharga ribuan dollar.
            Terbukti sudah, Alkitab tidak menjadi penghuni museum yang hanya dapat kita lihat seperti barang-barang antik lainnya. Setiap orang mudah mendapatkannya. Dr Robert G Witty dalam buku The Bible: Fact or Fiction? mencatat, sampai awal abad XXI, telah terjual rata-rata 30 juta Alkitab per tahun (50 Alkitab setiap menit). Alkitab lengkap dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru telah ditulis ke dalam 371 bahasa. Khusus Perjanjian Baru ditulis dalam 950 bahasa. Paling tidak, satu buku bagian dari Alkitab telah ditulis ke dalam 2.200 bahasa. Hingga kini, kitab ajaib itu tercatat sebagai buku yang paling banyak dibaca di muka bumi.
Alkitab sendiri telah mengingatkan, “Ada hal-hal yang sukar dipahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri” (2 Petrus 3:16). Alkitab adalah surat cinta (agape) Allah buat manusia. Supaya manusia itu tahu:  siapa Penciptanya; eksistensi dirinya; kenapa manusia ada di bumi; hendak ke mana manusia;  kepada siapa kita berpengharapan. Dengan kata lain, manusia itu ada tidak secara kebetulan. 
            Alkitab itu unik. Arti unik: tiada duanya. Kalau Allah menyatakan, “AKU adalah AKU” (Keluaran 3:14), maka “Alkitab adalah Alkitab”. Dengan kata lain, Alkitab tidak bisa dibandingkan dengan kitab-kitab lain sebagaimana Allah tidak bisa dibandingkan dengan allah-allah lain. 
Keunikan Alkitab antara lain: pertama, satu-satunya kitab yang menuliskan tentang alam semesta beserta isinya yang diciptakan oleh Allah. Di kitab Kejadian tertulis bahwa Allah menciptakan langit dan bumi, tanaman-tanaman, binatang-binatang, dan manusia. Buku-buku lain  tidak menulis tentang hal itu. Jadi, jangan heran kalau Alkitab merupakan satu-satunya kitab yang paling banyak ditantang oleh kaum ilmuwan, dan dari abad ke abad.
Kedua, Alkitab mengandung nubuat-nubuat yang kemudian terbukti benar.  Nubuat itu berbeda dengan ramalan. Kitab 2 Petrus 1:21 menyatakan, “Sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah”. Dr J Barton Payne mencatat hasil studi mendalam tentang nubuat di Alkitab. Dia menyimpulkan, dari jumlah 31.124 ayat Alkitab, sebanyak 8.352 di antaranya mengandung nubuat. Dengan kata lain, tidak ada buku lain, baik rohani maupun sekuler menandingi rekor Alkitab dalam hal nubuat.
Ketiga, Alkitab yang memuat 66 kitab (39 kitab Perjanjian Lama dan 27 kitab Perjanjian Baru) ditulis dalam bahasa Ibrani, Aram, dan Yunani oleh lebih dari 40 pengarang dengan latar belakang, tempat, dan kebudayaan berbeda (nabi, raja, petani, dokter, pemimpin militer, negarawan, cendekiawan, pemungut cukai, gembala, orang buangan), tapi mengandung kesatuan tema yakni pernyataan pikiran, kehendak, sifat dan pribadi Allah. Dr. Robert G Witty mengatakan, “Tidak ada kumpulan 66 buku dalam kesusastraan dunia yang dapat menandingi Alkitab dalam hal kesatuan dalam keragaman menakjubkan ini”.
Keempat, Alkitab adalah satu-satunya buku yang penyusunannya memiliki sejarah paling panjang di dunia, yakni memerlukan waktu sekitar 1500 tahun. Kitab pertama (Kejadian) ditulis sekitar 3.500 tahun silam, sedangkan kitab terakhir (Wahyu) ditulis sekitar 2.000 tahun silam.
Kelima, Alkitab memuat sejarah tentang dosa. Dalam kitab Kejadian tertulis manusia pertama telah melanggar perintah Allah. Alkitab menyatakan, dosa itu begitu menjijikkan.
Keenam, Alkitab adalah satu-satunya kitab yang menunjukkan jalan ke surga. Yesus mengatakan, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yohanes 14:6).
Ketujuh, Alkitab adalah satu-satunya buku yang memberitahukan tentang kiamat. Kapan persisnya, tidak seorang pun yang tahu. Namun, Alkitab memberitahu kita tanda-tanda kiamat: penyakit misterius (manusia, tanaman, hewan), gempa bumi di mana-mana, dan perang di mana-mana. Kita diminta untuk selalu berjaga-jaga. Sebab kiamat diumpamakan seperti kedatangan pencuri.
Helen Keller (1880-1968)
Tentu saja, Alkitab memiliki kuasa yang luar biasa. Penginjil keturunan India, Ravi Zacharias yang telah memberitakan Injil ke berbagai negara dan universitas-universitas terkemuka di dunia, dalam bukunya Deliver Us from Evil menceritakan tentang kuasa Alkitab. Ada seorang Vietnam bernama Hien Pham. Dia seorang Kristen yang cerdas dan saleh. Dia pernah menjadi penerjemah pengkhotbah dari bahasa Inggris ke bahasa Vietnam. Setelah Vietnam jatuh ke tangan komunis, Hien Pham ditangkap. Dia didakwa dengan tuduhan membantu pihak musuh, Amerika Serikat. “Sewaktu menjalani masa tahanan yang cukup panjang, pihak yang memenjarakannya hanya punya satu tujuan, yakni mengindoktrinasi dirinya agar dia menantang Barat, khususnya menantang idealisme demokrasi dan iman Kristen,” tulis Ravi Zacharias.  Hien Pham dilarang membaca apapun yang berbahasa Inggris, sebaliknya dia disuruh membaca karya-karya Karl Marx dan Engels tentang komunis dalam bahasa Vietnam. Sampai tiba waktunya Hien Pham mulai meragukan kekristenan: apakah Allah itu ada? Apakah benar Yesus Kristus sebagai Juru Selamat? Jangan-jangan, dia selama ini dibohongi oleh Barat?
Suatu hari Hien Pham disuruh untuk membersihkan jamban-jamban di penjara. Tugas itu paling dihindari oleh semua tahanan karena begitu menjijikkan. Di satu jamban, matanya melihat secarik kertas yang berisi tulisan dalam bahasa Inggris.  Cepat-cepat kertas itu disimpannya. Dia begitu penasaran. Ya, dia sudah lama tidak diijinkan membaca dalam bahasa Inggris. Pada malam hari, ketika teman-temannya tertidur, dia mengambil senter kecil dan menyorot tulisan yang terdapat pada kertas itu: Roma 8. Antara lain tertulis: “Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan. Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.” Ketika membaca nats itu, Hien Pham pun menangis. Dia meminta ampun kepada Tuhan. Sejak itu dia semakin mengandalkan Tuhan. Hari-hari berikutnya, dia meminta kepada petugas penjara agar berkenan menyuruhnya membersihkan jamban-jamban. Dan dia mengumpulkan lembaran Alkitab yang dibuang setelah dipakai (pengganti tissue) untuk pembersih anus. Dan imannya semakin diteguhkan dengan membaca secara sembunyi-sembunyi lembaran Alkitab yang telah dikotori oleh kotoran manusia. Alkitab menyatakan, “Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita” (Ibrani 4:12).
Alkitab menyatakan, betapa Allah amat mengasihi kita; Allah tidak ingin seorang pun tersesat (Matius 18:14). Alkitab juga adalah penuntun kita: “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku” (Mazmur 119: 105). Penemu teori Gravitasi, Sir Isaac Newton (1624-1727) dalam buku 21 Great Scientists Who Believed the Bible karya Ann Lamont mengatakan, “Saya sangat percaya bahwa Alkitab adalah firman Allah, yang ditulis oleh orang-orang yang memperoleh wahyu. Saya mempelajari Alkitab setiap hari.” Ratu Victoria (1819-1901), suatu ketika menghadiahkan Alkitab kepada seorang Raja Afrika, mengatakan, “Di sinilah terletak rahasia keagungan Inggris”. Tokoh terkenal, Helen Keller (1880-1968), seorang bisu, tuli, dan buta, menyebut Alkitab berhuruf braillernya sebagai miliknya paling berharga.
            Sesungguhnya kita tidak perlu ragu dengan kebenaran Alkitab sebagai firman Allah. Kalau Yesus saja percaya, kenapa kita tidak? Bukankah begitu sering Yesus mengutip ayat-ayat dalam Perjanjian Lama? Bahkan ketika dicobai iblis, Yesus berkata: “Ada tertulis: manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah” (Matius 4:4). Kiranya dengan pemahaman yang baik dengan tuntunan Roh Kudus, kita dapat mempertahankan iman kita terhadap gempuran ajaran-ajaran yang bertolak belakang dengan Alkitab, dan sebaliknya mampu menjelaskan kepada orang-orang awam tentang kebenaran firman Tuhan.

2 komentar:

  1. 1. Sebenarnya orang2 pintar (teologi) memerlukan proses yg panjang utk percaya kpd Tuhan Yesus bahkan mengalami kesulitan utk percaya(Orang majus memerlukan proses waktu yg sangat lama utk ketemu Yesus, shg bayi usia < 2 thn dibunuh oleh Herodes), sedangkan orang sederhana (para Gembala) langsung percaya shg pd hari yg sama ketemu dgn Tuhan Yesus di kandang domba.

    2. Mengasihi itu memberi bahkan rela berkorban utk yg dikasihi. Yesus Kristus menunjukkan kasihnya kpd umat manusia dgn rela disalibkan (MATI) utk menyelamatkan umatnya. Dari peristiwa tsb jelas bhw kasih Yesus Kristus kpd Manusia sangat besar sekali, shg Yesus Kristus pantas kita puja apalagi setelah kebangkitannya maka Yesus adalah benar Anak Tuhan yg hrs kita sembah sebgai Tuhan & Yuru Selamat manusia.

    BalasHapus
  2. Rico: terima kasih untuk komentarnya. Dan kita ucapkan terima kasih buat wahyu khusus, yakni Alkitab, yg diberikan Tuhan buat kita sebagai surat yg memberitakan kasih-Nya pada kita. Tuhan memberkati!

    BalasHapus