Jumat, 12 Agustus 2011

Pelajaran Politik buat Pelajar

Istilah “politik” (politics)   sering dikonotasikan secara negatif: politik itu kotor; politik itu boleh menghalalkan segala cara; dan bidang politik sebaiknya tidak dimasuki oleh orang baik-baik, karena kalau tidak ikut  arus,   cepat atau  lambat  akan  tersingkir.   Di  dalam sejarah politik, sejak mulai dikenal dari Yunani kuno, politik memang sering diwarnai kecurangan dan kekerasan. Bukankah peribahasa politik menyatakan, “Tidak ada kawan abadi, yang ada hanyalah kepentingan abadi?” Pernyataan klasik sejarawan Inggris, Lord Acton (1834-1902) menyatakan: “Power tends to corrupt….” (Kekuasaan cenderung menyimpang).  
Sejak reformasi di Indonesia  bergulir pada 1998, suksesi kepemimpinan dialakukan secara demokratis atau pemilihan langsung. Namun, sering kali terjadi kecurangan-kecurangan seperti politik uang (money politics), korupsi, dan penyalahgunaan kekuasaan lainnya. Kenapa demikian? Hal ini terjadi karena minimya pemahaman kita tentang politik.
Tentu saja, politik memiliki arti luas. Prof Miriam Budiardjo dalam buku Dasar-dasar Ilmu Politik menulis, “Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik (politics) adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (negara) yang menyangkut proses menentukan dan melaksanakan tujuan-tujuan dari sistem itu.”
Jadi, politik pada hakikatnya menawarkan berbagai pilihan kebijakan untuk mengurus negara dan hal-hal lain yang berkaitan dengannya. Bahwa terdapat banyak penyimpangan dalam pelaksanaannya, tidak bisa kita pungkiri, tapi yang jelas politik bertujuan agar pemerintahan suatu negara terselenggara dengan baik. Suksesi atau pemilihan kepemimpinan adalah salah satu bagian penting dari kegiatan politik. Sebagai warga yang bertanggung jawab atas masa depan bangsa,  kita harus memilih calon pemimpin yang layak, bukan karena diiming-imingi oleh uang atau faktor lain (suku, agama, hubungan keluarga).

Kamis, 11 Agustus 2011

Cita-cita Marie Curie

Masih ingat dengan Marie Curie (1867-1934)? “Marie Curie adalah perempuan paling hebad di abad ke-20,” tulis Paul Strathern dalam buku Curie and Radioactivity. Sebagai ilmuwan, hanya segelintir orang yang berprestasi seperti dia. Bayangkan saja, ia adalah pemenang hadiah Nobel sebanyak dua kali. Hebatnya, di dua bidang yang berbeda pula,  Fisika (1903) dan Kimia (1911).      
Tentu saja mudah mengatakan, Tuhan mengaruniakan Marie Curie otak yang jenius. Namun, jangan lupa, ia bekerja keras sepanjang hidupnya untuk menggapai cita-citanya.  Marie Curie berasal dari kaum pinggiran. Ia lahir di Polandia, 7 November 1867. Pada masa itu, negerinya dijajah oleh Rusia.  Ketika berusia sepuluh tahun, ibunya meninggal karena TBC, dan ayahnya kehilangan pekerjaan sebagai guru. Meskipun hidup dalam kemiskinan, Marie mampu lulus ujian sekolah menengah dengan menyabet penghargaan medali emas. Namun, sayang sekali, pada masa itu, wanita Polandia tidak diijinkan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Di luar negeri memang terbuka peluang untuk kaum perempuan belajar di perguruan tinggi, tapi biayanya dari mana?
Adanya cita-cita membuat Marie tidak sudi menyerah. Karena di negerinya tidak tersedia pendidikan tinggi untuk perempuan, maka ia bertekad untuk melanjutkan studi di Perancis. Sekilas memang tampak muluk-muluk. Ya, bisa kita bayangkan, ia ingin kuliah di luar negeri, sementara ia hidup dalam kemiskinan. Namun, Marie punya ide yang hampir tidak masuk akal untuk mewujudkan impiannya, yakni menjadi pengasuh anak-anak orang kaya. Ya, ia pun menjalani profesinya dengan tabah.  Sebab pandangannya selalu tertuju ke sebuah cita-citanya. Empat tahun kemudian uang  terkumpul, ia pun berangkat ke Paris. Lagi-lagi, ia terbentur pada rintangan yang tak mudah ditaklukkan! Baru pertama kali ia menginjakkan kaki di negeri Eiffel, dan ternyata ia tidak memahami materi kuliah yang disampaikan dalam bahasa Perancis. Ia  pernah belajar bahasa Perancis, tapi ternyata belum memadai untuk mengikuti kuliah di Universitas Sorbonne yang tersohor itu. Ia membajakan tekadnya lagi. Siang malam ia berkutat dengan bahasa Perancis di samping bahan-bahan kuliahnya. Perlu ditambahkan, ia pun sering menahan lapar karena putus uang.          
            “Seluruh pikiranku hanya terpusat pada pelajaranku. Semua hal baru yang kulihat dan kupelajari membangkitkan semangatku. Seolah ada dunia baru yang terbuka di hadapanku, dunia ilmu pengetahuan, dunia yang akhirnya boleh kumasuki dengan bebas,” tulis Marie Curie dalam sebuah surat pada 1892. Pepatah mengatakan, kesabaran itu pahit, tapi buahnya manis. Akhirnya, sejarah mencatat prestasi cemerlangnya, dua kali meraih hadiah Nobel: di bidang Fisika dan Kimia. Marie Curie yang telah berhasil menyabet dua hadiah Nobel yang bergengsi itu tentu saja masih relevan hingga kini, dan hendaknya menjadi inspirasi bagi kita dalam mengejar cita-cita.