Dari sepuluh calon Bupati Karo, Robert Sinuhaji SE (nama lengkap Roberto Sinuhaji SE) merupakan figur termuda. Usianya 45 tahun. Orang-orang sering terperangah pada saat melihat langsung sosok Robert Sinuhaji. “Saya malah pernah mau dijodohin oleh seorang ibu karena dikira baru tamat kuliah,” ujar Robert Sinuhaji yang alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia jurusan Studi Pembangunan dan pernah mendapat beasiswa dari Japan International Cooperation Agency (JICA) di Jepang sembari tersenyum.
Ir Firman Sebayang selaku Ketua Tim Pemenangan Nomor 4 pasangan “BERIMAN” (Robert Sinuhaji SE-Firman Amin Kaban BE) menjelaskan, kata kepemimpinan berasal dari bahasa Yunani, agogos. Kata itu diturunkan dari kata kerja agein, diterjemahkan menjadi memimpin atau mengemudikan. “Bayangkan saja kalau pengemudi kita sudah berusia pensiunan dan tambahkan lima tahun lagi selama menjabat, stamina dan daya pikir cenderung menurun, sementara tantangan ke depan membutuhkan sosok yang bukan hanya cerdas, beriman, melainkan juga kreatif, dan enerjik. Sosok ini nyata dalam diri Robert Sinuhaji,” ujar Ir Firman Sebayang.
Dibandingkan dengan calon-calon lain, sepintas masyarakat melihat bahwa khususnya dalam kampanye Robert Sinuhaji kurang publikasi. “Itu adalah penilaian keliru,” ujar Firman Sebayang didampingi Sekretaris Pemenangan Pt Sehat Sembiring SH. “Nama Robert Sinuhaji sudah cukup dikenal di kalangan pembaca. Lihat saja, dia sudah menulis lebih seratus artikel, cerpen, dan puisi di media massa terkenal seperti SIB, Suara Pembaruan, Analisa, Maranatha, dan Kompas. Bahkan sudah menulis lima buku yang cukup berbobot seperti Gundaling Pada Suatu Pagi, Gereja dan Politik, Ajaib di Tangan Tuhan, Aku Punya Impian, dan Kabar dari Jauh.”
Firman Sebayang menjelaskan, timnya punya strategi khusus dalam memenangkan pilkada Karo. Dalam hal publikasi misalnya, tentu saja melalui media massa penting, tapi Robert sudah cukup dikenal khususnya di kalangan masyarakat intelektual apalagi dia sering membawa ceramah soal ekonomi, kepemimpinan, pertanian, teologia, dan politik. Menyadari hal ini, maka yang penting dilakukan adalah turun ke bawah, yakni mendatangi masyarakat miskin yang jangankan untuk membeli koran, bahkan untuk memenuhi kebutuhan pokok saja sulit. “Kami pun turun ke desa-desa terpencil yang tidak pernah dikunjungi calon-calon bupati lainnya. Jalannya sulit, sempit, terjal, berbatu-batu dan berubah seperti kubangan kerbau pada saat hujan, dan hanya bisa dimasuki dengan mengendarai mobil bergardan dua. Tentu saja, kami meninggalkan pesan-pesan penting lewat puluhan ribu brosur yang memuat visi-misi dan figur pemimpin mereka setelah berdialog dengan sebanyak-banyaknya penduduk miskin,” tambah Firman.
Akhir-akhir ini, banyak orang merasa pesimis dengan masa depan Kabupaten Karo. Mereka beranggapan bahwa siapa pun nanti pemimpinnya sama saja. Mereka kecewa sekali dengan kinerja pemerintah. Bagaimana tanggapan Robert Sinuhaji yang berpasangan dengan Firman Amin Kaban yang merupakan alumnus ITB? “Itu merupakan hal yang wajar. Kita mendukung pernyataan itu. Namun, perlu saya sampaikan bahwa majalah Tempo edisi khusus Desember 2008 memuat figur-figur bupati dan wali kota terbaik di Indonesia. Saya terkesan sekali dengan kepemimpinan Basuki Tjahaya Purnama, mantan Bupati Belitung Timur. Waktu dia terpilih jadi bupati, usianya masih muda seperti saya, belum punya pengalaman dalam pemerintahan. Uniknya, dia adalah anggota majelis gereja, tapi memimpin satu kabupaten yang penduduknya sekitar 95 persen muslim. Dia dan pemimpin-pemimpin terbaik di negeri ini menjadi inspirasi bagi saya. Kalau mereka bisa, kita pun bisa,” ujar Robert yang memiliki ribuan buku di perpustakaan pribadinya. “Oleh karena itu, kami memiliki visi Kabupaten Karo Menuju Terbaik di Indonesia,” ujarnya. Dia menambahkan, “Indonesia pernah mengirim enam atlet terbaiknya ke Olimpiade Catur berkelas dunia, tapi tahukah Anda, tiga diantaranya adalah putera Karo, yakni Monang Sinulingga, Cerdas Barus, dan Nasib Ginting. Saya jadi teringat lagu lama, begini bunyinya: “Meganjang kel beritana, sebelang-belang dunia, Taneh Karo mejile....” (Beritanya tersohor ke seluruh dunia, Tanah Karo yang indah). Robert Sinuhaji pernah membaca, Tanah Karo bisa disebut sebagai salah satu negeri terbaik setelah surga. “Coba lihat, tanahnya subur, alamnya indah, tapi kalau tidak dikelola dengan baik, maka hasilnya adalah keterpurukan.”
Kampanye Hitam
Dalam berpolitik terlalu sering kampanye hitam (black campaign) dilakukan untuk menjatuhkan lawan-lawan. Menurut pengamat politik Budiarto Shambazy, biasanya ahli-ahli kampanye hitam memiliki tingkat intelegensia yang rendah (Kompas, 18 Oktober 2008). Mereka tidak kreatif mengemas isu-isu yang layak diangkat, pertanda memang tidak cerdas. Jadi, supaya bisa menang dengan cara yang lebih mudah disebarlah fitnah murahan terhadap figur yang dianggap rival kuat. Sebut saja Anwar Ibrahim yang diseret ke pengadilan Malaysia atas tuduhan sodomi; Barack Obama dituding pula pernah sebagai teman dekat gembong teroris dunia Osama bin Laden; bahkan bila kita telusuri lebih jauh, tokoh Alkitab, Jusuf pernah dituding hendak memerkosa isteri pejabat Mesir sehingga dijebloskan ke penjara, padahal isteri pejabat Mesir itu yang sering merayunya dan Jusuf selalu menolaknya. Demikian juga dengan Robert Sinuhaji yang merupakan calon Bupati Karo yang dituding sebagai pengedar pupuk palsu. Bagaimana tanggapannya?
“Pupuk yang kami jual itu berasal dari pemerintah dan impor dari luar negeri. UD Rata Sinuhaji ditunjuk pemerintah menjadi distributor pupuk di Kabupaten Karo, Kabupaten Simalungun, dan Kabupaten Deli Serdang. Bukankah ini merupakan prestasi cemerlang dalam usaha sehingga ditunjuk oleh pemerintah pusat? Bayangkan pula, ada ratusan toko pupuk di Kabupaten Karo. Mereka membelinya bisa dari mana saja dan menjualnya kepada siapa saja. Pada saat musim tanam, setiap hari puluhan truk masuk ke Karo membawa ribuan sak pupuk. Kalau ada yang palsu, apakah itu tanggung jawab kami? Beberapa kali saya berdialog dengan puluhan petani, memang mereka mencemaskan tentang pupuk palsu. Waktu saya tanya, tahu beda pupuk palsu dengan asli? Mereka semua mengatakan tidak tahu. Lalu, kenapa langsung dibilang palsu? Mereka malah tertawa. Lho?! Ini adalah masalah SDM petani yang harus dibenahi agar mereka bisa membedakannya dengan mudah asli dan palsu. Lalu, datang sejumlah calon bupati yang tinggalnya saja tidak di Kabupaten Karo dan sama sekali tidak tahu soal pupuk mau menjadi pahlawan untuk menyelamatkan petani Karo dengan mengangkat isu pupuk palsu banyak beredar harus dituntaskan. Miris sekali. Rakyat malah ditakut-takuti. Banyak pendukung saya mengatakan tidak perlu ditanggapi kampanye hitam itu. Ya, begini saja, dalam nama Tuhan Yesus, juru selamat saya, saya akan berhenti jadi calon bupati, dan kalau saya menang, saya akan dengan rela mengundurkan diri jika pernah secara sengaja sebelumnya terbukti secara hukum melanggar pidana dalam kasus pupuk palsu. Dan kami menyediakan semilyar rupiah bagi yang bisa membuktikannya!” tegas Robert Sinuhaji yang beristerikan Mita Munthe dan dikaruniai dua puteri, Bunga Mewangi Sinuhaji (kelas 3 SMP Negeri 1 Kabanjahe dan Theresa Jacqueline Sinuhaji (kelas 5 SD Methodis Kabanjahe). Adapun pasangannya Firman Amin Kaban yang beristerikan Serihati br Sebayang cukup berpengalaman dalam pemerintahan. Antara lain, pernah menjabat Kepala Dinas Tata Kota Pematang Siantar dan Kepala Dinas PU Kabupaten Karo.
Menurut Sekretaris Pemenangan Pt Sehat Sembiring SH, “Robert Sinuhaji adalah seorang pertua di GBKP Kabanjahe Kota dan lebih 40 kali berkhotbah setiap tahun di gereja-gereja, termasuk beraliran karismatik, di luar wilayahnya seperti di Binjai, Simalungun, dan Deli Sedang. Dia pernah menjabat Kepala Biro Teologia Litbang Moderamen GBKP pada 2005-2010. Jabatan itu bukan sembarangan orang bisa menyandangnya, apalagi anggotanya sebagian besar adalah pendeta, sementara dia sendiri seorang sarjana ekonomi. Anehnya, tidak seorang pun yang meragukan intelektual, iman, dan integritasnya. Lalu, saat mau jadi bupati, malah difitnah-fitnah.”
Justru, menurut seorang penduduk Berastagi yang enggan disebut namanya, yang perlu diwaspadai adalah calon bupati yang terindikasi korupsi dana uang makan panti jompo sebanyak dua milyar rupiah sewaktu dia menjabat kepala dinas sosial yang banyak koran sudah memuatnya baru-baru ini. “Kalau pemimpin kita terindikasi korupsi, wah, makin gawatlah kita ini....” cemasnya.
Menurut Robert Sinuhaji, saling menjelek-jelekkan tidak etis, tapi satu hal lagi yang perlu diwaspadai adalah politik uang menjelang pilkada. Uang memainkan peranan penting dalam memenangkan pertarungan politik. Namun, dia mengingatkan, janganlah memilih pemimpin karena disogok. Ciri-ciri pemimpin gadungan adalah menyogok rakyatnya agar memilihnya. Calon-calon pemimpin seperti itu sudah jelas merupakan sosok yang memiliki integritas tercela. “Siapapun yang memberi/ menerima sogok sudah ikut berpartisipasi menghancurkan masa depan bangsa! Ya, kalau kita cinta negeri ini mari bekerja sama memberantas praktik-praktik suap. Alkitab mengatakan, karena akar dari segala kejahatan adalah cinta uang,” ujar Robert Sinuhaji yang selain hobi membaca, juga bermain catur dengan segudang prestasi, yakni pernah dua kali berturut-turut juara Kelompok Kompas Gramedia, meraih medali emas dan perak dalam UI Cup, bahkan menahan remis GM Utut Adianto dalam pertandingan simultan dan mengalahkan GM Ardiansyah juga dalam pertandingan simultan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar