Sumber: Tulisan ini dimuat di harian Sinar Indonesia Baru, 8 Oktober 2006.
John Newton (1725-1807) |
Amazing grace, how sweet the sound
That save a wretch like me
I once was lost but now I am found
Was blind, but now I see
Hampir setiap orang Kristen di bumi ini pasti pernah mendengar lagu termashyur itu. Di dalam bahasa Indonesia, lagu kesukaan Jimmy Carter, mantan guru sekolah minggu dari desa udik Georgia yang kemudian pernah tercatat sebagai Presiden AS ke-39 (1977-1981), diterjemahkan sebagai berikut:
Sangat besar anugerah-MU
Memberi aku selamat
Hilanglah jiwaku dulu
Di jalan yang sesat
Dalam bahasa Karo, kita bisa mendengarnya dalam senandung Perkuah Ate si Mbelin. Dan, dalam bahasa Tapanuli, Singkop Do Asi ni RohaM. Tercatat, hampir semua bahasa di dunia telah menerjemahkan lagu itu. Namun, apakah kita tahu, siapa pengarang lagu yang membuat orang sering meneteskan air mata ketika menyanyikannya?
Ia adalah mantan pelaut yang semula tidak percaya pada Tuhan. Namanya John Newton, kelahiran London , 24 Juli 1725. Ia pulang ke rumah Bapa di Sorga pada 20 Desember 1807. Di batu nisannya yang terletak di gereja St Mary Woolnoth, London , tertulis: “John Newton, Pendeta. Dahulu ia seorang kafir dan tidak menghormati wanita. Seorang pelayan para budak di Afrika. Namun, oleh anugerah yang besar dari Tuhan dan Juru Selamat kita, Yesus Kristus, dipulihkan, diampuni, dan dipilih untuk mengabarkan Injil yang pernah ia hina. Ia menggembalakan hampir 16 tahun di Olney, Bucks. Dan 28 tahun di gereja ini.”
Di dalam otobiografinya, Out of the Depths, mantan pedagang budak itu menulis bahwa hidupnya penuh dengan kejahatan. Nyawanya sering kali terancam, tapi selalu pula luput dari maut yang amat mengerikan. Pernah ia nyaris terjun ke laut, karena pada waktu itu ia sedang mabuk setelah mengikuti suatu lomba adu banyak menenggak minuman keras yang ia sendiri adalah penggagasnya. Ketika ia mulai teler, dan merasa darah yang mengalir di tubuhnya terasa panas, ia ingin menceburkan diri ke laut yang mungkin dikiranya kolam, tapi sebelum lompat dari kapal, tiba-tiba seseorang muncul menangkap ujung bajunya. Padahal dalam keadaan sadar saja ia tak mampu berenang. Bayangkan, ombak ganas samudera Atlantik akan menggulungnya, dan ia pun lenyap di telan zaman.
Pada suatu malam, ia hendak bergegas meninggalkan kapal, turun ke sungai dengan sebuah perahu untuk mencari budak-budak. Namun, tiba-tiba kapten kapal muncul, memerintahkannya agar tetap tinggal di tempat. Ia merasa heran, karena hal itu adalah tugas rutinnya, tapi sang kapten tak memberi satu alasan pun. Lalu, posisinya digantikan oleh temannya. Tak lama kemudian, tersiar kabar, perahu itu tenggelam diseret arus sungai yang deras, dan temannya itu turut hilang.
Pernah pula ia berjanji bersama teman-temannya untuk berlayar dengan kapal perang. Namun, waktu itu ia datang terlambat, dan teman-temannya meninggalkannya. Pada saat itu, ia sangat kecewa. Ternyata, kapal yang mereka tumpangi terbalik. Dilaporkan, semua temannya tewas. Dan lagi-lagi, ia luput dari maut.
Ada lagi peristiwa yang tak pernah dilupakannya, yakni pada dinihari 21 Maret 1748. Pria yang ikut berlayar memperdagangkan budak-budak dari Afrika itu, bertolak pulang ke negerinya. Di tengah lautan luas, tiba-tiba ia merasa kapalnya diombang-ambingkan. “Saya dibangunkan oleh kuatnya hempasan ombak laut yang menghantam kapal kami. Banyak sekali air yang masuk ke bagian bawah memenuhi kabin tempat saya berbaring. Kejadian itu disusul dengan suara teriakan dari geladak yang memberitahukan bahwa kapal hendak tenggelam,” tulisnya. Sekali lagi, mukjizat terjadi, kapal itu dapat bertahan dari hempasan ombak yang ganas.
Sebelum menyadari anugerah Tuhan, ia sendiri sering bertanya-tanya, kenapa orang jahat sepertinya sering diluputkan dari maut? Sementara, ia melihat ada orang yang menurut penilaiannya jauh lebih baik dari dirinya, mendapat celaka yang berujung maut. Ia sering mengenang seorang teman karibnya yang pintar dan baik hati. “Seandainya sorga dapat dicapai dengan cara hidupnya sehari-hari, hampir tidak diragukan ia tentu sudah bekerja lebih banyak untuk tujuan itu,” tulisnya. Sahabatnya itu, dalam suatu pelayaran ke Lisabon diserang badai yang mengerikan. Ketika badai mereda, mereka merasa lega, tapi tak lama kemudian gelombang laut besar menghantam pecah kapal itu. Sahabat dan semua penumpang lainnya lenyap di tengah-tengah lautan luas.
Lalu, kenapa ia yang jauh lebih jahat selalu luput dari maut ketika marabahaya menghampirinya? Apa keistimewaan dirinya dibanding dengan orang-orang lain yang jauh lebih baik darinya? Sama sekali tidak ada. John Newton yang memiliki seorang ibu yang selalu menceritakan kasih Tuhan, tapi menghadap Bapanya yang di sorga ketika John berusia tujuh tahun, akhirnya percaya bahwa Tuhan-lah yang berperan atas keselamatannya. Berkat anugerah dari Tuhan-lah, ia selalu diluputkan dari maut.
Alkitab menyatakan, Tuhan memilih kita untuk diselamatkan bukan berdasarkan keistimewaan yang kita miliki. Sebab, bagi Tuhan, tidak seorang pun yang benar, seorang pun tidak (Roma 3:10). Sola Gratia, kata Marthin Luther (1483-1546). Ya, hanya oleh karena anugerah Tuhan. Sebab, kalau berdasarkan kebaikan kita maka kita diselamatkan, bukankah kematian Yesus di kayu salib menjadi sia-sia? Pertanyaan kita adalah kenapa orang-orang tertentu yang dipilih oleh Allah? Jawaban itu menjadi rahasia Allah yang tidak mungkin kita pahami. Anugerah keselamatan yang kita terima dari Allah adalah mutlak merupakan kedaulatan Allah. Seperti kata Tuhan kepada Musa yang kemudian dikutip oleh Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma, “Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku akan bermurah hati” (Roma 9:15).
Ya, bukankah Rasul Paulus adalah mantan penganiaya jemaat yang semestinya pantas mendapat hukuman dari Tuhan? Namun, berkat anugerah Tuhan, ia pun diselamatkan. “Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, bahkan tidak layak disebut rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah. Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua: tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku,” tulisnya dalam 1 Korintus 15: 9-10.
Demikian juga dengan kita. Bahwa kita diselamatkan oleh Tuhan adalah semata-mata berkat anugerah Tuhan yang besar itu. Amazing grace! Sangat besar anugerah-MU! Sesungguhnya, kita yang telah ditebus dari dosa oleh Yesus Kristus, hidup di dalam anugerah Tuhan yang berkelimpahan. Kalau Allah rela mengaruniakan anak-Nya yang tunggal itu, agar kita tidak binasa melainkan memperoleh hidup yang kekal, kenapa kita masih merisaukan hal-hal sepele dalam kehidupan ini? Rasul Paulus mengatakan, jadilah kuat oleh kasih anugerah dalam Kristus Yesus. “Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya,” tulisnya kepada muridnya, Timotius. Kiranya anugerah yang telah kita terima dari Tuhan menjadi berkat bagi orang-orang lain melalui kehidupan iman kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar